Rosid Bloger

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Kamis, 14 Maret 2013

0 Bentrok Plasma (CPB) Tiga Plasma Tewas

Karyawan Mengungsi, PT CPB Siap Usir Forsil
MENGGALA – Bentrok Plasma Peduli Kemitraan (P2K) dan karyawan PT Central Pertiwi Bahari (CPB) –eks Bratasena– dengan plasma Forum Silaturahmi (Forsil) menelan korban. Tiga karyawan PT CPB ditemukan tewas mengenaskan di kanal kemarin. Mereka adalah Ruswandi alias Wawan (40), karyawan cold storage; dan Edi Ardiansyah (25), karyawan cold room, warga Dusun 4 RT/RW 04/04, Kampung Reksobinangun, Kecamatan Rumbia, Lampung Tengah.

Kemudian Sumanto (36), petambak plasma warga Blok 1 Jalur 22, Petak 12, Kampung Adiwarna. Sedangkan Joko Supriyatno yang sebelumnya dikabarkan meninggal, hingga pukul 00.00 WIB masih koma di ruang operasi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hi. Abdul Moeloek (RSUDAM) Bandarlampung.
Tidak hanya itu. Rumah-rumah anggota P2K binaan PT CPB dibakar massa yang mengaku Forsil. Tak pelak, 250 kepala keluarga karyawan terpaksa mengungsi ke mes central housing PT CPB.
Data yang dihimpun Radar Lampung, ketiga korban meninggal ditemukan di tempat yang berbeda. Pertama, Ruswandi ditemukan tewas di kanal Kampung Adiwarna, pukul 07.00 WIB. Sebelumnya, korban mencoba menyelamatkan diri dengan cara menyeberangi kanal. Namun, ia tenggelam.
Korban kedua, Edi Ardiansyah, jasadnya ditemukan pukul 14.00 WIB, juga di kanal Kampung Adiwarna. Sedangkan Sumanto ditemukan satu jam kemudian.
Selain merenggut tiga nyawa, tercatat 27 karyawan PT CPB dan P2K  mengalami luka-luka. Sedangkan di pihak Forsil ada 15 yang terluka. ’’Banyak yang luka-luka berat dan ringan. Namun, semuanya masih tertangani di Medical Centre PT CPB,’’ kata Camat Denteteladas Ketut Rameo kemarin.
    Pascaperistiwa itu, Pemkab Tulangbawang bersama anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah langsung menggelar rapat gabungan guna mencegah aksi tersebut tidak akan terulang lagi.
Bupati Tuba Hanan A. Rozak dan Wakil Bupati Heri Wardoyo meminta semua pihak menahan diri sehingga tidak terjadi lagi pertumpahan darah serta hilangnya nyawa salah satu anggota keluarga.
 ’’Kini kami berusaha mencegah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jika ada pelanggaran, itu tentu langsung bersentuhan dengan aparat penegak hukum,’’ katanya saat diwawancarai wartawan kemarin.
    Terpisah, Head of Corporate Communication PT Central Protein Prima (grup PT CPB) George Basuki dalam jumpa pers yang digelar di Hotel Amalia, Bandarlampung, kemarin sore, menjelaskan bahwa kronologis yang dipaparkan di media sedikit memutarbalikkan fakta. ’’Faktanya tidak seperti itu,’’ ungkapnya.
    Untuk jumlah korban, menurutnya, kemungkinan dapat bertambah. Pasalnya, hingga kini masih terdapat yang kritis dan dinyatakan hilang. ’’Semua korban itu dari P2K dan karyawan PT CPB. Tidak ada yang dari Forsil,” tegasnya.
Kemudian untuk orang-orang yang mengatasnamakan Forsil, menurutnya, juga terdapat yang bukan petambak. Melainkan warga dari luar yang memiliki hubungan usaha dengan Forsil. Misalnya, ada salah satu pengikut Forsil yang diketahui sebagai penadah barang bekas bukan petambak.
    George tak menyangkal bentrok ini juga dikarenakan dendam lama yang bermula sekitar dua tahun lalu. ’’Ya, benar ini dapat dikatakan bentrok antarkelompok yang pro-kontra dengan perusahaan,’’ katanya.
    Ia menambahkan, pihaknya sangat mengecam tindakan yang dilakukan Forsil. Menurutnya, apa yang dilakukan ini terlihat sangat terorganisasi, bukan suatu yang mendadak. ’’Mereka sudah persenjatai diri dengan senjata tajam. Lalu, massa yang jumlahnya sangat banyak. Saya pastikan ada dalang di balik penyerangan ini,’’ tegasnya.
    Karena itu, menurut George, pihaknya akan melakukan pemutusan hubungan kemitraan dengan kelompok yang memang tidak ingin melakukan budi daya di area perusahaan. ’’Mereka harus meninggalkan area pertambakan. Ya, 496 orang yang tergabung dalam Forsil yang masih ada dalam area harus keluar,’’ kata George.
    Menurutnya, Forsil selama ini mem-blowup perkara ini ke seluruh lapisan, termasuk ke Komnas HAM. ’’Apakah karyawan kami yang 9 ribuan orang yang bekerja di cold storage dan 1.072 orang anggota P2K tidak bisa mendapatkan perlindungan HAM juga? Mereka ini kan yang dianiaya posisinya sekarang,’’ tegasnya.
    Sementara itu, Head of Operation PT CPB Arman Zakaria mengatakan, sebelum penyerangan dilakukan, Forsil pun telah beberapa kali mengintimidasi P2K.  ’’Cokro Edy yang tak lain ketua Forsil itu selama ini tidak pernah menolak untuk diperiksa pos sekuriti jika ingin keluar-masuk. Karena itu memang protap kami. Nah, ini tiba-tiba ia tidak mau diperiksa. Keesokan harinya malah siap menyerang dengan sajam. Sangat terorganisasi,’’ ujarnya.
    Ia pun membantah jika pihak perusahaan membayar orang untuk melakukan pengamanan di wilayahnya. ’’Kami tidak ada pamswakarsa. Hanya ada sekuriti,’’ katanya.
    Menurut Arman, Forsil memang bermasalah sejak adanya konflik 2012. Mereka tidak menerima parameter budi daya yang baru yang ditetapkan PT CPB. Akibat dari tidak kesetujuan itu, ada 9 orang yang di-PHK. Mereka yang tidak mau menandatangani kesepakatan parameter budi daya yang baru.  ’’Nah, Forsil ini mengaku membela mereka. Forsil marah karena 9 orang ini di-PHK. Dari situlah terus konflik muncul,’’ urainya.
    Arman menegaskan, dengan peristiwa yang baru saja terjadi, PT CPB tidak akan lagi mau melakukan mediasi.  ’’Kini kami masih concern dengan korban luka. Namun, kami ingin aparat penegak hukum memproses ini sesuai hukum yang berlaku. Sebab, ini tindakan sangat brutal, kejam, dan sudah terencana. Selama ini, kami sudah tawarkan relokasi untuk mereka. Tapi, tidak diindahkan. Padahal, kami siap memindahkan mereka. Namun, sampai sekarang, mereka kan tidak menjawab secara resmi surat dari bupati masalah tawaran relokasi,’’ paparnya.
    Terpisah, Kabid Humas Polda Lampung AKBP Sulistyaningsih mengatakan, pihaknya telah mengirimkan bantuan pengamanan dari Polres Tuba sebanyak 74 personel dan brimob 55 personel. Aparat kepolisian pun, menurutnya, telah melakukan olah TKP di lokasi bentrok. Yakni dekat cold storage PT CPB dan simpang PLO. ’’Kami pun sudah meminta visum di Medical Centre PT CPB. Lalu, massa P2K lainnya sudah dievakuasi. Mereka yang terjebak massa Forsil dibawa ke mes penampungan. Jika situasi sudah kondusif, mereka akan kami pulangkan kembali ke rumah masing-masing,’’ katanya.
Diberitakan, bentrok P2K dan Forsil ini berawal dari penolakan pemeriksaan Ketua Umum Forsil Cokro Edy Prayitno serta anggota Forsil yang melintasi pos sekuriti di Kampung Pasiranjaya usai mengunjungi rekannya, Mubayin.
Petugas sekuriti kemudian menyetop Cokro. Sesuai prosedur tetap (protap), petugas pun melakukan pemeriksaan. Namun, Cokro menolak. Petugas pun melarang Cokro memasuki area PT CPB.
Karena tidak bisa meneruskan perjalanan, akhirnya Cokro dan kawan-kawan menginap di rumah Mubayin. Namun, kabar yang beredar di plasma Forsil, sang ketua mereka, Cokro, dihalang-halangi.
Mendengar ini, ratusan plasma Forsil yang berada di Kampung Bratasena Adiwarna dan Kampung Bratasena Mandiri langsung bergerak ke PT CPB untuk menjemput Cokro.
    Tepat di pos ronda plastic lining operation (PLO) dan pos ronda ford processing division (FPD), kedatangan massa Forsil mendapat hadangan dari P2K dan karyawan perusahaan yang sedang ronda. Suasana memanas. Bentrok pun pecah. Lanjutan klik disini
Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Atas Komentar Anda!!!